KANTOR PSIKOLOGI TERPAN SEMARANG

KANTOR PSIKOLOGI TERPAN SEMARANG
KANTOR PSIKOLOGI TERAPAN SEMARANG

Sabtu, 21 Mei 2011

REVOLUSI SDM SEBUAH KENISCAYAAN BAGI INDONESIA

REVOLUSI SDM SEBUAH KENISCAYAAN BAGI INDONESIA

Oleh : Ouys Alkharani

Sebuah keniscayaan yang harus dihadapi bangsa Indonesia, bahwa SDM kita butuh sekali pembenahan yang komprehensif. Pembenahan ini bukanlah slogan, namun betul-betul suatu gerakan pembenahan kesadaran melalui revolusi dari segala bidang yang dimulai dari paradigma berpikir, cara bersikap, sistem pendidikan dll. Bagaimana tidak? Hasil survei dari Human Development Indeks tahun 2002, kualitas SDM kita berada di peringkat ke 110 dari 173 negara yang disurvai. Dan ironisnya negara kita termasuk rangking dibawah Negara Vietnam, padahal negara Vietnam memiliki selisih waktu 2 minggu dengan bangsa Indonesia yaitu pada tanggal 2 september 1945, melalui Ho Chi Minh di Hanoi yang mencanangkan Proklamasi Kemerdekaan Vietnam. Bayangkan kita yang memiliki sumber alam lebih baik dari Vietnam, sumber daya manusia yang lebih banyak, namun kita masih menyaksikan bagaimana kondisi SDM yang kita miliki terpuruk.

Pada tanggal 1 Januari 2010 kemarin dibuka perdagangan bebas antara Asean dan Cina (FreeTrade Agreement ASEAN-China). Negara-negara di kawasan ini seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, Vietnam, Filiphina, Kamboja, Laos, Thailand, dan Myanmar membuat kesepakatan yaitu bea masuk produk manufaktur China ke ASEAN, termasuk Indonesia, ditetapkan maksimal 5 persen, sedangkan sektor pertanian 0 persen tanpa pajak sama sekali. Kerangka kerja sama FTA ASEAN-China ini sebenarnya telah disepakati pada tahun 2002 di masa pemerintahan Megawati dan baru dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2010. Namun baru akhir penghujung tahun 2009 ini Indonesia menyuarakan keberatannya. Maknanya adalah bangsa ini tidak siap, rakyat tidak siap, para pemimpin negeri ini masih belum satu visi, SDM kita tidak siap bersaing dengan dunia luar. Pertanyaannya adalah sampai kapan???. Kita semua berharap, tidak hanya mengatakan hanya Tuhan yang tahu (Waallahu’alam bishowab), tapi bagaimana kita kembali bertanya kepada diri masing-masing, mencari solusi bersama dalam rangka mambangun bangsa ini dari mulai pribadi, keluarga, masyarakat, pekerjaan dan spiritual.

Coba, kita belajar dari negara Vietnam, cerita gemilang yang perlu dicatat adalah prestasinya selama 10 tahun terakhir. Kepemimpinan Vietnam adalah mengadakan koreksi kedalam, mampu mengubah mentalitas perang ke mentalitas pembangunan. Esensi perjuangan dan nilai-nilai luhur, mereka aplikasikan dalam pembangunan bangsanya melalui mentalitas yang fitrah. Oleh karena itu kita butuh suatu kesadaran bersama (colletivism consiousness) agar kita semua bangkit, mau berbenah diri, bercermin kepada pribadi masing-masing,tidak menyalahkan oranglain maupun institusi.

Berangkat dari data-data diatas dan didukung oleh fenomena yang terjadi, penulis dokumentasikan dalam pengalaman selama melakukan perekrutan dan assesment di perusahaan swasta maupun pemerintah diberbagai daerah di Indonesia yang menunjukkan betapa sulitnya mencari SDM yang siap kerja, unggul dan amanah. Prevalensi yang terjadi tidak seimbang dalam setiap perekrutan antara yang layak diterima dengan yang tidak layak diterima. Hasil lapangan yang ditemukan menunjukkan rata-rata performance yang rendah, soft skill kurang memadai, tidak percaya diri, responsibiliity terhadap pekerjaan, kurang inisiatif, kurangnya kemandiriaan dan budaya instant untuk mencapai sesuatu. Kondisi ini sangatlah memprihatinkan dengan tuntutan era globalisasi dan modernisasi. Selain itu ketidaksiapan SDM yang ada serta status quo menjadi problem yang kompleks. Ini menumbuhkan persaingan tidak sehat. Banyak waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mencari calon SDM yang unggul namun eksistensi karyawan dan perusahaan belum siap untuk menerima perubahan.
Oleh karena itu, jangan salahkan kalau banyak pengangguran dinegeri ini, PHK dimana-dimana, perusahaan pailit meningkat, SDM kita menuntut gaji yang tinggi tanpa bisa menunjukkan prestasi kerja yang baik, SDM kita bekerja tidak sesuai latar belakang pendidikannya, lembaga pendidikan merubah visi profit oriented, KKN merajelela bukan hanya di institusi negeri, bahkan swasta sudah mendarah daging, demo menjadi solusi dan hobi, SDM kita yang logis hasil tempaan Universitas lebih percaya pada Dukun daripada Profesornya dan masih banyak lagi. PR kita menjadi banyak, tugas siapa ini? Kalau kita merasakan dalam zona nyaman, karena pekerjaan sudah mapan, keuangan sudah berlimpah, bisa jadi kita selamat saat ini, namun apakah terpikir bagaimana anak-cucu kita bisa hidup baik dan sukses kalau lingkungan, kondisi bangsa ini terpuruk. Siapa yang menjamin anak-cucu kita akan selamat..ingat perahu Nuh sudah menjadi sejarah dan kita tidak akan mengulang lagi.

Saudaraku, para pemimpin,pejabat, pengusaha mikro/makro, karyawan, disegala bidang. Apapun yang saudara kerjakan tanpa adanya sinergi dan kesadaran bersama untuk kebaikan negeri ini (perahu ini), kita tidak akan selamat kalau perahu ini bocor dan mesinnya keropos. Kita butuh revolusi, mulai dari pribadi sendiri, dengan niat. Niat yang diucapkan, niat yang menyengaja dan diprogramkan, niat karena Tuhan. Melalui lima dimensi kehidupan yang meliputi dimensi pribadi, dimensi keluarga, dimensi sosial, dimensi profesi dan dimensi spiritual, kita menuju perubahan dan kembali kepada fitrahnya manusia, yaitu bergerak sejalan dan atas kemauan Sang Penggerak. Buatlah proposal hidupmu melalui lima dimensi kehidupan, maka Tuhan akan membuatkan proposal hidupmu yang lebih baik. Optimis....bisa...!!!




Penulis adalah konsultan psikologi holistic Madani Indonesia &
psikolog di Lembaga Psikologi Terapan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar